HUBUNGAN
ILMU FISIKA TENTANG SUHU YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN
“ Thermal Comfort for Physic
Education’s Room ”
A.
Masalah
Indor
climate adalah kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan aktifitas tertentu
yang meliputi hal-hal sebagai berikut : temperatur udara, temperatur permukaan
sekeliling, kelembaban udara, dan aliran perpindahan udara.
Untuk menunjang pembahasan
mengenai indoor climate, berikut
dianalisa tentang keteraturan panas dalam tubuh manusia yang meliputi :
temperature badan, pengendalian proses panas, transportasi panas oleh aliran
darah, berkeringat, gerakan otot cepat, dan pertukaran panas.
Kenyamanan
suhu terdiri dari dasar fisiologi suatu kenyaman, efek
sampingan dari suatu ketidak nyamanan, daerah
temperatur secara fisiologi, rentang
temperatur yang nyaman, empat
faktor klimatik dan kenyamanan.
ketidaknyamanan
merupakan suatu proses biologi yang sederhana untuk semua jenis mahluk yang
berdarah panas untuk menstimulasi agar melakukan suatu langkah utama untuk
meretorasi kembali suatu proses pertukaran panas yang
benar. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang
bersesuaian pada tubuh manusia.
Jika
seseorang ditempatkan pada suatu ruangan dan diberikan temperatur yang berbeda
maka akan terjadi rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi tubuh dalam
keadaan setimbang karena dalam rentang ini pertukaran panas akan dapat dijaga
dengan mengalirnya darah keseluruh organ tubuh. Rentang temperatur dimana
manusia merasakan kenyamanan adalah sangat bervariasi bergantung pada, pertama
dari jenis pakaian yang dipakai dan kedua dari aktivitas fisik yang telah
dilakukan.
Basaria
Talarosa dalam abstraksi yang dimuat dalam Jurnal Sistem Teknik Industri Volume
6, No. 3 Juli 2005, yang berjudul “ Menciptakan kenyamanan thermal dalam
bangunan”, menulis :
Secara
geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun secara
thermis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis. Daerah
tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata 20oC,
sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35oC
dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas
lembab). Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada
pada pertemuan dua iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra),
perbandingan luas daratan dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang
menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas
kerja manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak
nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal
untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan
kelembaban 70%. Langkah yang paling mudah untuk mengakomodasi kenyamanan
tersebut adalah dengan melakukan pengkondisian secara mekanis (penggunaan AC)
di dalam bangunan yang berdampak pada bertambahnya penggunaan energi (listrik).
Cara yang paling murah memperoleh kenyamanan thermal adalah secara alamiah
melalui pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan dengan mempertimbangkan
orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur dan
material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.
Sejalan
dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994) menunjukkan beberapa
penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE)
berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia (suku
bangsa) yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini:
Menurut
penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa
adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE
umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia
mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar
mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C
TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia
cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti
halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat
pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina , 1991).
Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 240C hingga 300C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut.
Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 240C hingga 300C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut.
Sementara
itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan
Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu nyaman untuk orang
Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:
Basaria,
menyimpulkan bahwa bukanlah hal yang mustahil untuk menciptakan kenyamanan
termal di dalam bangunan walaupun Indonesia memiliki iklim yang berada di atas
garis kenyamanan suhu tubuh. Arsitek hanya perlu memberikan perhatian yang
‘lebih’ terhadap penyelesaian masalah iklim ini.
Seperti
yang kita ketahui di gedung perkuliahan fisika masalah yang dihadapi mahasiswa
pada saat proses perkuliahan yaitu tentang panas yang sangat erat kaitannya
dengan suhu. Masalah ini menjadi salah satu masalah yang menjadi pusat
perhatian karena hampir semua mahasiswa fisika mengalaminya. Masalah ini
terjadi dikarenakan banyak faktor yaitu seperti jumlah mahasiswa yang terlalu
banyak yang mengikuti perkuliahan, ruangan yang kurang memadai, ketersediaan
kipas angin dan AC yang penggunanaannya belum bisa di1 optimalkan.
B.
Analisis
1. Menurut
Didaktif
Proses belajar mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan di berbagai
institusi pendidikan baik itu dari tingkat dasar yang dimulai dari TK, SD, SMP,
SMA hingga tingkat perguruan tinggi. Proses Belajar Mengajar itu sendiri juga
ditunjang oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu selain cara penyampaian
materi yang harus benar dan mudah dimengerti siswa atau mahasiswa, kenyamanan
ruangan kelaspun menjadi faktor penunjang berhasil atau tidaknya proses belajar
mengajar. Suasana kelas yang tidak nyaman menjadi salah satu masalah yang
sering dihadapi khususnya dilingkungan kampus fisika yaitu di gedung M. Masalah
suhu yang tinggi terkadang sangat mengganggu proses belajar mengajar dan
membuat tidak nyaman,itu dikarenakan ruangan kelas yang tidak kondusif dan
banyaknya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah yang di ajarkan. Karena
terganggu sehingga mahasiswa pada umumnya menjadi kurang atau malah tidak
konsentrasi terhadap mata kuliah yang sedang diajarkan oleh dosen. Sehingga
sering juga karena itu proses belajar mengajar menjadi tidak berhasil . sebagai
contohnya yaitu banyak mahsiswa yang tidak lulus yang dikarenakan selain karena
mata kuliahnya yang sulit juga karena faktor ruangan kelas yang tidak nyaman,
2. Menurut
Ilmu Fisika
Manusia juga menghasikan kalor atau panas, sama halnya dengan peralatan
mekanis seperti mesin atau peralatan elektronika. Panas yang dihasilkan adalah
berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukannya. Jika panas yang dihasilkan
berlebihan karena proses aktivitas yang terus menerus maka harus segera
didinginkan. Bila ini terjadi pada peralatan mekanis maka pendinginan dapa
dilakukan dengan cara pemberian fan atau kipas untuk mengeluarkan panas dengan
segera jika tidak maka akan rusaklah peralatan mekanik tersebut. Jika panas
yang berlebihan terjadi pada tubuh manusia maka hal ini akan mengganggu
kenyamanan kita dalam beraktivitas, keseimbangan suhu pada manusia harus
dipertahankan atau dikendalikan agar kenyamanan suhu dapat tercapai.
Dalam
ilmu fisika banyak sekali materi yang membahas tentang panas dimana panas
disini yang dimaksudkan adalah suhu. Suhu itu sendiri menurut ilmu fisika
adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Panas berkaitan erat dengan suhu
dan kalor. Dimana kalor itu sendiri merupakan energi panas
yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika
suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Jika dikaitkan dengan permasalahan yang sedang dibahas yaitu tentang panas khususnya
suhu, yang dialami sebagaian besar mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan.
Dimana jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan melebihi kapasitas,
fasilitas untuk mendinginkan ruangan ( kipas angin dan AC) tidak berfungsi
secara optimal, serta desain arsitektur yang kurang tepat. Beberapa faktor
tersebut menyebabkan suhu ruangan menjadi tinggi dan membuat mahasiswa merasa
panas karena kalor yang dihasilkan juga banyak.
secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 – t1)
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)
Dengan melihat rumus diatas kita dapat mengkaitkannya dengan
permasalahan yang ada . jika dilihat banyaknya kalor yang dibutuhkan itu
berbanding lurus dengan massa , kalor jenis dan perubahan suhu. Sehingga jika
kita memerlukan kalor yang banyak maka massa, kalor jenis dan perubahan suhu juga
di tambah begitu juga sebaliknya.
Tubuh manusia mempunyai
mekanisme alam untuk mempertahankan keseimbangan suhu tersebut, mekanisme itu
adalah berkeringat atau menggigil. Bila laju perpindahan panas tubuh terlalu
lambat maka tubuh akanmemberi peringtan kepada kita melalui keringat yang
berlebih sedangkanbila perpindahan panas terlalu cepat maka yang terjadi adalah
menggigil. Hal tersebut tentunya sangat berkaitan dengan perpindahan kalor.
Dimana kita tahu bahwa ada tiga
jenis perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Tetapi pada
permasalahan ini yang berkaitan dengan perpindahan kalor yaitu perpindahan
kalor secara radiasi. Radiasi merupakan proses peripandahan
kalor yang tidak memerlukan medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam
bentuk Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Dimana pada gedung M di saat perkuliahan berlangsung
disiang hari, matahari sangat terik sehingga meyebabkan dinding ruangan menjadi
panas karena panasnya terserap oleh dinding. Selain itu masalah ini juga
berkaitan dengan ilmu fisika yang membahas tentang perpindahan kalor yaitu
secara konveksi. Konveksi merupakan perpindahan panas berdasarkan gerakan
fluida dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan
bergantung pada alian udara yang melintasi tubuh manusia contohnya kita akan
merasa nyaman bila terkena hembusan angin ada saat kita berkeringat. Sedangkan
itu berbanding terbalik dengan suasana di ruangan yang sekarang menjadi
permasalahan. Pada ruangan kelas sirkulasi udaranya tidak lancar sehingga
menimbulkan suhunya meningkat dan mahasiswa merasa kepanasan.
Selain
itu masalah ini juga berkaitan dengan teori kinetik gas. Teori ini menjelaskan
tentang sifat-sifat makroscopik gas, seperti
tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan komposisi molekular
mereka dan gerakannya. Teori ini
bedasarkan pada anggapan bahwa zat disusun oleh partikel-partikel sangat kecil
yang selalu bergerak. Bunyi teori Kinetik adalah sebagai berikut:
“Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena
itu memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda
yang lebih dingin.”
Dalam teori ini ada kaitannya dengan permasalahan yang ada diruang kelas
yaitu pada saat ruang kelas masih dalam keadaan kosong dan udara dalam ruangan
tersebut suhunya masih dalam batas kenyamanan ruangan yaitu sekitar 22°C -
26°C. Ketika mahasiswa mulai memasuki ruang kelas secara bersamaan maka suhu
ruangan menjadi tinggi karena jumlah partikel di dalam ruang kelas semakin
banyak. Berdasarkan teori kinetik gas ruangan dapat kita umpamakan sebagai
benda dan mahasiswa sebagai partikel. Maka ruang kelas akan menjadi panas dan
partikel yang ada didalamnya akan bergerak lebih cepat.
3.
Pengukuran
Ditinjau dari
segi suhu, suhu ruangan yang ideal yaitu berkisar antara 22oC – 25oC.
Sedangkan suhu yang berada diruangan saat ruangan tersebut di penuhi oleh para
mahasiswa berkisar 30oC - 33oC sehigga ruangan tersebut
menjadi lebih panas dari sebelumnya.
Kemudian
ditinjau dari segi arsitektur, luas bangunan suatu ruang kelas ideal berkisar 12x9x4=432
m3 dengan kapasitas maksimal 50 orang. Dengan adanya jendela luasnya
minimum 20% dan ventilasi 15% dari luas ruangan ideal tersebut. Sedangkan ruangan yang ada pada saat ini memiliki luas
berkisar 12x8x3=288 m3 dan berisi lebih dari 50 orang. Dan tata
letak jendela dan ventilasi ruangan hanya berkisar 10% dari idealnya.
C.
Solusi
Dalam
merencanakan bangunan khususnya untuk ruang belajar mengajar, ada beberapa
faktor teknis yang harus dipikirkan dengan baik agar diperoleh bangunan yang
nyaman, yaitu faktor cahaya dan udara. Perbandingan ideal antara luas ruang
dengan luas jendela adalah 20% . Bila luas ruang kelas 108m² maka kebutuhan
luas bukaan/jendela adalah 20% x 108m² = 21,6m² (berdasarkan SNI DPU). Penataudaraan
atau ventilasi alami terjadi bila ada perbedaan tekanan luar suatu bangunan
yang disebabkan oleh angin atau perbedaan temperatur. Ventilasi alami akan
menyediakan bukaan permanen yang terdiri dari jendela, pintu, dan sarana lain
seperti jalusi atau roster. Bukaan-bukaan tersebut data mengalirkan udara ke
dalam ruangan. Perhitungan praktisnya adalah dengan menggunakan persyaratan
ventilasi yang tidak boleh kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan untuk
bangunan hunian/rumah dan tidak boleh kurang dari 10% untuk bangunan kantor,
perdagangan, gudang, pabrik, dan lain-lain. Bila ruang kelas berukuran 12m x
9m, maka luas ventilasi yang dibutuhkan adalah 10% x 108m² = 10,8m². Bagaimana
bila tidak dapat diperoleh bukaan dengan ukuran 1m² atau 2m² untuk kasus ukuran
tersebut? Solusinya adalah pada ruang tersebut dapat dibuat pencahayaan dan
ventilasi buatan. Kenyamanan sebuah bangunan khususnya hunian/rumah menjadi
tuntutan setiap orang karena berpengaruh langsung pada betah tidaknya seseorang
dalam ruangan tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh temperature, kelembaban,
kebersihan, dan keamanan. Selain itu juga terkait dengan pencahayaan,
pengudaraan, dan lingkungan sekitar. Hal-hal yang perlu dipikirkan dalam
perencanaan bangunan supaya menjadi
nyaman, tidak panas, dan terasa lega antara lain:
- Ketinggian bangunan (jarak antara lantai dan plafon/langit-langit)
Untuk bangunan yang
tidak menggunakan penghawaan buatan maka ketinggian plafon sangat berpengaruh
bagi suhu di dalam ruang. Hal ini karena volume ruang berpengaruh pada suhu
ruangan. Supaya suhu ruangan terjaga tetap sejuk maka ketinggian plafon
bangunan jangan terlalu rendah, ditinggikan sesuai dengan proporsinya (minimum
adalah 2,8m dari level lantai), sehingga hal ini juga berdampak pada ketinggian
ruangan. Selain itu peninggian kemiringan atap juga salah satu solusi dalam
mengontrol suhu rumah selain bahan penutup atap yang digunakan.
- Cukup ventilasi dan jendela
Pemasangan
ventilasi tidak hanya pada dinding bangunan, tetapi juga dapat diletakkan pada
sopi-sopi atap atau dibuat semacam cerobong asap bila model atap rumah tidak
memungkinkan diberi ventilasi. Sementara untuk mendapatkan cahaya secara
maksimal tentu harus dibuatkan bukaan sinar dari jendela, bovenlight, roster
atau kaca motif. Dengan banyaknya cahaya alami yang masuk dan kombinasi tata
udara menyilang akan didapat rumah yang sejuk. Cahaya yang dimaksud di sini
adalah cahaya matahari tidak langsung (terang langit/sky light).
- Adanya teras atau beranda
Fungsi
teras yaitu meredam masuknya cahaya dan angin secara langsug. Teras, beranda,
dan konsol di daerah pintu masuk dan jendela akan mengurangi radiasi matahari
yang masuk secara langsung sehingga suhu di dalam akan tidak panas.
- Kombinasi warna yang tepat
Pemakaian
warna secara tepat antara warna gelap dan terang berdasarkan fungis ruang akan
diperoleh kenyamanan tersendiri yang terkait dengan sifat warnanya.
- Penggunaan material alami
Bahan
bangunan yang bersumber dari alam seperti batu belah, batu paras, batu candi,
serta batu bata mampu menyerap panas lebih maksimal dan menahan suhu sejuk
lebih lama. Dapat dilihat pada bangunan tradisional yang umumnya lebih tinggi
dan memakai material alam sehingga lebih nyaman dihuni.
- Arah hadap / orientasi bangunan
Diusahakan
jangan menghadap ke arah barat, karena di saat matahari di arah barat suhu
sedang panas-panasnya, sehingga berpengaruh pada suhu rungan. Orientasi yang
baik yaitu menghadap ke selatan, utara, atau timur, disesuaikan juga dengan
pergerakan matahari terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Selain itu
juga memperhatikan arah angin, misal di daerah pantai arah angin dari laut dan
di daerah gunung arah angin dari wilayah gunung/ pegunungan. Jika ruangan sudah
terlanjur menghadap ke barat, bisa diatasi dengan menanam pohon penghalang
sinar matahari langsung, atau konsol yang cukup lebar.
- Penggunaan unsur air sebagai pengendali suhu
Air
merupakan salah satu elemen pengendali suhu. Jika ruang dan anggaran
memungkinkan bisa dibuat di sekitar teras gedung. Di saat suhu luar cukup panas
maka uap air bisa menurunkan temperature di dalam ruang kelas dan mempengaruhi
aliran udara. Pada lingkungan gedung M dapat dibangun gazebo yang sekaligus
terdapat kolam, dengan begitu akan lebih praktis. Persyaratan tersebut di atas
mutlak harus diperhatikan saat akan membangun rumah bila diinginkan bangunan
yang nyaman, sejuk, dan sehat, terutama jika luas lahan yang dimiliki mencukupi
dan biaya tersedia. Tetapi bila lahan sempit dan biaya terbatas maka perlu
pemikiran teknis untuk merekayasa syarat-syarat tersebut. Rekayasa teknis
tersebut berupa perencanaan arsitektur atau dengan tata cahaya dan tata udara
buatan.
Selain
tata letak ruangan penggunaan teknologi juga dapat digunakan untuk memberikan
solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam ruangan gedung M. Teknologi
tersebut yaitu penggunaan pendingin ruangan seperti kias angin dan AC.
Teknologi ini sangat membantu untuk menurunkan suhu pada ruangan. Adapun
teknologi lain selain kipas dan AC yaitu cooler turbine ventilator adalah alat
penghisap panas,debu,udara kotor yang bisa digunakan di semua jenis
bangunan,yang penggunaannya tanpa listrik. Alat ini berfungsi untuk menghisap
udara panas,debu dan bau di dalam ruangan.
Kesimpulan
Panas merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian
yaitu khususnya menjadi salah satu masalah yang cukup besar untuk mahasiswa
program studi fisika. Panas itu sendiri khususnya yaitu yang berkaitan dengan
suhu. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu tentang jumlah mahasiswa
yang melebihi kapasitas, ruangan yang kurang memadai karena fasilitas untuk
pendingin ruangan seperti Kipas angin dan AC kurang berfungsi secara opimal,
tata letak ruangan yang kurang baik. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk
mengurangi dan menanggulangi nya, seperti antara lain, menata ulang tata letak
ruangan, pendingin ruangan yang di fungsinya lebih dioptimalkan, dan mengurangi
jumlah mahasiswa yatu disesuaikan dengan kapasitas ruangan supaa ruangan
menjadi ruangan yang nyaman digunakan untuk proses belajar mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar